Saya harus ke dokter gigi. Alih-alih menuruti saran ibu saya untuk mendaftar dulu via telepon, saya nekad datang dan daftar di tempat, tokh selama ini, saya nggak pernah tuh lihat terlalu banyak pasien menunggu. Deuh, ternyata tempat praktiknya, rameeee. Bermasalah dengan gigi memangnya lagi musim yah? :)
Karena bosan menunggu, maka oh maka, saya pun memutuskan untuk membaca salah satu majalah yang tersedia di sana. Karena semua majalah berbau-bau politik, maka pilihan jatuh pada majalah perempuan nasional --- tapi bukan semacam majalah panduan bergaya hidup sangat konsumtif--- inisialnya K. (ada yang bisa nebaaak?)
Dalam majalah tersebut saya membaca satu kasus di mana seorang remaja, berusia sekitar 16 tahunan rela 'dijual' oleh pacarnya untuk berhubungan seksual dengan teman-temannya. Anjir, pra-remaja masa kini ya, mainannya! Parah.
Di artikel tersebut dibeberkan secara runut, bagaimana awalnya sang pra-remaja tersebut 'rela' diperlakukan demikian oleh sang pacar. Menurut pengakuannya, semua diawali oleh ajakan sang pacar untuk berhubungan seksual; remaja putri tersebut tidak mau, namun akhirnya sang pacar berhasil membuat remaja putri tersebut mau, tentunya dengan ancaman terselubung : bahwa kalau tidak mau, maka sang pacar akan meninggalkannya. Kesediaan sang remaja putri jadi semacam 'bukti cinta'nya pada sang pacar.
Nah sialnya, nggak cuma berhenti sampai situ saja, tapi sang pria dengan geblek-nya menawar-nawarkan si remaja putri pada teman-temannya. Sang remaja putri mau, karena (sekali lagi) takut kehilangan pacarnya. Aww, so sweet.... NOT!
Sumber dari semua ini adalah rasa ketakutan sang remaja putri kehilangan sang pacar. Miris waktu membacanya. Dan satu hal yang tersirat dalam benak adalah, perempuan ini bodoh. Atau untuk memperhalus, naif, lah. Tentu saja karena masih muda dan level pendidikannya pun belum terlalu tinggi (dia masih SMU), 'nalar'-nya nggak nyampe. Alih-alih menganggap dirinya lebih penting dari segalanya, ia malah memutuskan untuk melakukan hal yang awalnya tidak dikehendaki hanya agar tidak kehilangan sang pacar.
Sepulangnya dari dokter gigi, kebetulan saya harus bertemu dengan beberapa teman.
Semua sepakat dan mengatakan hal yang sama seperti yang saya pikirkan ketika selesai membaca artikel tersebut : Gila ya tu anak, bodo benerrr....
Sampai di sana topik berpindah, membicarakan sepak terjang teman-teman yang lain. Si Alya yang dapat beasiswa ke luar negeri. Si Benita yang kerjanya beranak lagi beranak lagi. Si Callista yang baru membuka bisnis unik.
Lalu pembicaraan tiba pada si Dina, yang setelah satu dekade putus-nyambung-putus-nyambung dengan pacarnya,akhirnya bertunangan juga. Setahu saya, pacar si Dina ini semacam pria-nggak-asik lah, punya kecenderungan untuk melakukan kekerasan secara psikologis. Dina pernah mati-matian diet dan olahraga karena dikatain 'Gendut', Dina sempat terisolasi dari pergaulannya, karena pacarnya memonopoli waktunya, Dina sempet stress karena selalu dicurigai dan dicemburui, bahkan setahu saya, sekitar sembilan tahun yang lalu, sewaktu pertama kalinya Dina balikan lagi dengan pacarnya, itu karena... sang pacar mengancam akan bunuh diri kalau ditinggal (And it's oh so lame)
Kami bilang Dina bodoh. Dan salah satu dari kami nyeletuk, tapi ya sudahlah, namanya juga cinta.
Lalu perbincangan lanjut pada Elsa. Perempuan yang berasal dari keluarga super mampu, sempat mengenyam pendidikan sampai jenjang S2, memiliki karir luar biasa --- eh menikah dengan seorang pria, yang kuliah S1 pun hanya sampai semester 1, dan... pengangguran. Mending cakep (ha! fisik!), tapi ini enggak! Mending juga punya karakter baik, nggak! Semacam pria-pria tak berguna tapi belagu gitu deh. But they got married anyway. Dan Elsa menjadi tulang punggung keluarga; kalau sudah gitu, mbok ya'o sang pria ikutlah berpartisipasi dalam kehidupan berkeluarga mereka. Eh enggak ya. :P
Kami bilang Elsa bodoh. Dan salah satu dari kami nyeletuk, tapi ya sudahlah, namanya juga cinta.
...
Sepulangnya dari pertemuan tersebut, saya berusaha mengingat-ngingat bagaimana saya kalau sedang jatuh cinta/sikap saya terhadap pasangan.
Well, yang pasti sih, kalau memang sedang jatuh-jatuhnya cinta *heyah!*, mendadak saya 'membutakan' diri saya untuk banyak fakta/hal, yang sebenarnya nggak sreg di hati, bisa jadi dari habitnya, bisa jadi dari cara dia bekerja, bisa jadi dari kelempengennya/ ketidakekspresifannya *er, curcol ajah ya belakangan ini*, bisa jadi dari perilaku teman-temannya dan seterusnya.
Lalu, jiwa pemaaf saya mendadak besaaaaaar sekali. Saya memiliki kecenderungan untuk memaafkan pasangan - telat, lupa telepon,lupa janji, pasti maaf saya lewat lah. Lalu saya mendadak jadi sangat pemaklum, dia emang orangnya gitu, jadi gue harus terima dia apa adanya. Pokoknya jadi fleksibel,lah. Pun jika telat-nya dan lupa-nya pasangan itu mengakibatkan jadwal harian saya amburadul, paling saya hanya ngambek dikit, dan sudah, begitu saja. Ada kecenderungan di diri saya untuk bilang 'Ya sudaaaah....'
Memang sejauh ini, saya fleksibel hanya untuk hal-hal yang tidak prinsipil. Tapi, bisa juga kan dikatakan bahwa ini adalah bentuk kebodohan? Soalnya, jika dipikir-pikir lagi, kalau yang melakukan itu adalah orang lain, tentu saya nggak segitu pemaafnya, segitu pengertiannya, segitu fleksibelnya. Yup,aslinya, saya benci banget kalau ada orang yang merusak jadwal/hal-hal yang berkaitan dengan saya karena kelalaiannya.
Jangan-jangan, memang semua perempuan mendadak 'bodoh', kalau sedang jatuh cinta. Tanpa peduli umur dan tingkat pendidikan. Buktinya bukan remaja putri yang masih SMA saja yang 'bodoh', tapi juga Dina dan Elsa. Dan... saya!
Bagaimana dengan anda?;-)
12 komentar:
Ketika jatuh cinta, wanita (dan pria) memang 'wajib' jadi bodoh, karena efek gangguan kejiwaan seperti yang sudah saya bahas di SINI. Tapi seiring waktu, kita mulai beradaptasi dan 'menemukan kecerdasan' lagi.. :D
Hmm tulisan ini jujur banget. Oh my! betapa itu terjadi di sekitar and sadly saya pernah ada dalam posisi takut kehilangan sampai jadi maklum senantiasa :(
untunglah setelah 4 tahun jadi sadar kalo that guy is juz a jerk who manipulated my feeling.
Ada masanya perempuan jadi "bodoh" seperti itu. Namun biasanya seiring waktu dan kedewasaan maka sang perempuan bisa berpikir logis dan mengambil keputusan dengan benar.
Walau banyak juga yg lebih memilih membunuh logika demi cinta. Bleeding love, heh? Feel pitty for them.
Tapi berdasarkan pengamalaman, para wanita yg "bodoh" demi cinta itu biasanya karena dlm jiwanya ada yg kosong, atau seperti di artikel ini bilang gak bisa "value" themselves dan sayangnya itu dimanfaatkan oleh pasangan dodolnya. Aiiih, jadi yg pertama perlu diperbaiki buakn pacarnya tapi ya kitanya bow.
Ladieees yuuuuks mari cinta diri sendiri. We are precious!
Ya begitulah cinta..
klo pepatah dunia bilang "tai kucing rasa coklat"
klo pepatah rohani "kasih itu menutupi segala sesuatu"
Feeling boleh aja mendominasi (that's why u called it 'FALLin in love' - bcos u fall..), tapi logika harus tetep jalan.
Ada batasan sampe mana kita harus 'give n give' dan berhenti :)
saya setuju sekali dg crita yg satu ini wanita ketika jatuh cinta mendadak sangat pemaaf sekali brapa pun usia dan tingkat pendidikannya, entahlah knp seperti itu padahal kan kita bisa ajah keberatan sama sikap pasangan kita yg mungkin memanfaatkan jiwa pemaaf kita yg demikian besarnya padahal coba ajah kalo mreka mana mau seperti itu (curcol deh jadinya). Mungkin harusnya kita menyisipkan sedikit logika yg bisa menyeimbangkan antara prasaan cinta dan hati, well supaya tidak dg mudahnya dimanfaatkan
astagfirullah.. sampe ngurut-ngurut dada bacanya.. sebaga remaja saya sangat prihatin. karena banyak hal seperti ini terjadi di lingkungan saya. hemm.. pengen nabok juga sama mereka orang2 yang jatuh ke lembah ini.. hah.. remaja memang sangat labil, makanya pengarahan harus benar sejak kecil. apakah kasih sayang dr orangtua nya nggak cukup sih buat ank itu?
mungkin ga sepenuhnya karena cinta juga kali ya. tapi perempuan kan suka tuh dimiliki, diakui. maybe jadi kecanduan merasa dimiliki seseorang, merasa bernilai bagis eseorang yang sampe ngancem mau mati kalo diputusin. maybe...:D
sedih bnr sy baca tulisan ini...
tolonglah hai wanita gk usah segitunya..
bahwa disini kaulah yg berharga..
walau perasaan wanita katanya lebih perasa,,
tapi logika juga perlu.. perlu dipertahankan supaya
tidak dipermainkan ma laki2..
boleh lah give and give.. tapi take nya juga jangan lupa..
harus adil,, harus seimbang...
bukannya perhitungan.. tapi karena pacar (laki2) tuh masih bukan siapa2,, cuma temen spesial aj.. gak lebih selama lum nikah.. jgn sampe diperbudak..
ketika wanita jatuh cinta,
mereka menggunakan perasaan mereka.
sedangkan laki2?? penuh trik dan strategi..
laki2 menggunakan logika mereka..
maka logikalah yg dapat mempermainkan perasaan..
memutarbalikkan nalar yg sedang dikuasai cinta
karena ""perasaan" cenderung subjektif dan permisif
jadi buat para wanita,, jangan terlalu didramatisir tuh perasaan..(kayak sinetron aja,, makanya jgn bnyk nonton sinetron,, gak baik.. menonton fiksi yg berlanjut sampe beratus episod panjangnya...abis waktu!!!.. mending klo ada manfaat yg bisa diambil.. heh kok jd ksana ya??)
diulang lagi deh..
jadi buat para wanita,, jangan terlalu didramatisir tuh perasaan...boleh lah dinikmati.. tapi harus juga berpegang teguh ma prinsip2 yg kita pegang (nah loh?? kita??.. ^_o)
Ihhhh...bikin mikir ihhhh...sebeeelll, karena ternyata gw juga melakukan hal bodoh ketika jatuh cinta (menjadi pemaaf, penyabar, pemaklum...hukkzzzz)...
pelajaran berhargalah,untuk next timenya lebih banyak pake logika ketimbang perasaan...hehehe
Yup...betul Banget Abang Meftha yg Bijak Sbg Cwok??
Kalo melihat kasus2 spt hal diatas, slain djadikan pelajaran utk tdk slah jalan...
juga mnjd pemicu niez utk gk mau pcaran smpe ntar da wktunya pacaran ma husband ndiri....
hehehe
Biarin deh..org mau blg klo niez gk laku2...
Whatever lah...org mau ngomong kayak gmn jg!!!\
Krn tu jlan agr trhindar dari kemaksiatan yg bkin kaum hawa merana....
Keep Our Virgin ^_^
Kok??
jiah...
tersindir rasanya bacanya,
karena gw juga bagian dari perempuan yang jadi boodoh saat jatuh cinta..
yg penuh dengan maaf dan pemakluman.
Jadi seharusnya kita mengikuti hati ato otak?
itu pertanyaan yg selalu muncul di benak gw dan ga pernah ketemu jawabnya...
Setelah baca ini, sy jadi mikir. Apakah sy juga termasuk salah satu perempuan yang dibutakan oleh cinta ya?
Ceritanya gini, bulan Oktober lalu sy patah hati berat ketika diputuskan oleh mantan. Dia memilih menikah dengan perempuan lain. Rasanya sakit hati itu masih ada sampe sekarang, tapi kenapa hati sy tak kunjung ingin melupakan sang mantan? ada beberapa alasan yang sy buat untuk diri sy sendiri kenapa sampe saat ini (berbulan-bulan kemudian) sy masih saja mengharap dia kembali. Bodoh banget ya?
Sekarang, sy masih dalam masa pemulihan *halah*
doakan semoga sukses ya...:)
haha, sy juga bodoh sih kadang-kadang.., hahaha
Posting Komentar