Ceritanya beberapa waktu yang lalu saya dan seorang teman jalan-jalan di sebuah mall di Bandung. Niat saya mengganti kacamata, niat teman saya, er..menemani saya mengganti kacamata.
Setelah urusan perkacamataan beres, dia mengajak saya ngupi-ngupi bergaya di salah satu warung kopi kapitalis berinisial S.T.A.R.B.U.C.K.S yang ada di mall tersebut. Kami mengobrol panjang lebar mengenai banyak hal sambil menikmati susu yang dinodai kopi (well, maksudnya latte gitu). Di tengah-tengah obrolan mendadak teman saya ini menghentikan kalimatnya, lalu menjulurkan kepala ke arah pintu masuk.
"Apaan?" tanya saya sambil menoleh ke arah matanya memandang. Di sana tampak sepasang remaja yang bergandengan tangan super-mesra memasuki warung kopi ini.
"Ponakan gue." jawabnya.
"Oh." saya membalas,"Terus?"
"Nggak apa-apa..."
Kemudian kami melanjutkan mengobrol lagi. Tak berapa lama, teman saya mendadak tersenyum. Saya jadi menoleh kembali, sepasang remaja tersebut mengarah ke meja dekat kami.
"Eh, tante..." sang remaja putri terkejut.
"Halo,Vien." jawab teman saya.
Saya bisa membaca bahwa ia malas-malasan menghampiri kami. Mungkin kalau sebelumnya ia tahu bahwa tantenya --- teman saya ini --- ada di tempat ini, ia akan lebih memilih untuk menyambangi warung kopi lain.
"Udah lama,Tante?" katanya basa-basi.
"Lumayan." jawab teman saya.
Jeda.
"Eh,iya, kenalin, ini...ngng... pacar saya..." keponakan teman saya memperkenalkan sang cowok yang berdiri super canggung.
"Riza." kata sang cowok sambil menjabat tangan teman saya--- dan teman saya pun menyebutkan namanya.
Jeda.
"Eh, silahkan lho,kalau mau lanjut..." kata teman saya.
Jelas sekali keponakan kawan saya itu merasa lega.
"Kita ke sana, ya Tante..." katanya sambil menarik sang pacar ke arah yang berbeda.
"Yuk.. salam ya buat Mami di rumah."
Dan mereka pun berlalu. Teman saya kembali berkonsentrasi pada saya.
Ia menggelengkan kepala.
"Apaan?" tanya saya.
"Anak muda jaman sekarang ya..." katanya sambil menggantungkan kalimat.
"Apaan sih?"
"Perasaan minggu lalu pacarnya bukan yang ini deh..."
"Ya terus kenapa?"
"Terus bulan lalu,pacarnya juga beda. Dia ganti pacar seminggu sekali gitu kali ya?" ia mengernyitkan kening"Duh, dia tuh, ganti pacar sesering ganti pantyliners ..."
Lebay. Katakanlah keponakan teman saya itu berganti pacar seminggu sekali; saya nggak bisa membayangkan apa jadinya kalau saya berganti pantyliners seminggu sekali. Keputihan akut kali.
"Ya biar aja lah, namanya anak muda..." kata saya.
"Iya sih, tapi tu anak udah diomongin gitu sama keluarga besar. Omongannya rada negatif."
Well, saya bisa ngebayangin gimana omongan negatif tentang cewek yang sering berganti pacar. Antara playgirl, gampangan, agresif atau yang paling parah, murahan. Pokoknya nggak baik aja!
'Jangan gonta-ganti pacar melulu, sama satu orang aja. Perasaan orang dulu tuh belasan tahun pacaran, terus menikah aja. Ora ilok perempuan gonta-ganti pacar, kesannya negatif.'
Gitu deh, katanyaaa...
'Ya namanya pacaran, harusnya sih, saling bertoleransi, jangan kalau nggak cocok dikit, udahan...'
Gitu juga katanya.
Iya, tau, namanya juga dua orang berbeda latar belakang yang mencoba bareng-bareng dan mencoba untuk berhubungan lebih mendalam,pasti bakal menemukan banyak hal yang berhubungan dengan 'asli'nya pasangan. Pacaran itu adalah ajang untuk latihan saling menyesuaikan diri... TAPI kalau ternyata 'aslinya' tidak bisa ditolerir dan membahayakan, apa kabar? Abusif misalnya.
Duh, masa sih harus dipertahankan? Dan masa juga dipertahankan hanya demi menghindari image negatif?
Nggak deh.
Lagipula, keponakan teman saya itu masih ABG ya bok. Seingat saya, di masa ABG, saya sering salah 'mengartikan' perasaan, sering banget cinlok. Baru kenal sebentar, tapi begitu 'merasakan' getar-getar aneh *tsaaah bahasanya!*, langsung hayuk saja begitu ditembak. Saya sama sekali tidak mencoba menilik lebih jauh lagi ini-itu tentang gebetan saya. Pokoknya kalau orangnya (berasa) asyik (saat pedekate yang seumur jagung), jadian!
Dan di saat remaja itu, karena nggak benar-benar kenal, begitu jadian, saya baru menemukan bahwa saya mengambil keputusan yang salah; ternyata si pacar jelesan. Ternyata abusif. Ternyata nggak segitu nyambungnya. Ternyata ini dan ternyata-ternyata lainnya yang bikin kehidupan saya nggak hepi. Well,saya sih,daripada nggak hepi mending putus, duh, masih remaja kok hidup harus susah, apalagi kalau gara-gara cowok.
Terus terang, sampai saat ini saya merasa, ya nggak apa-apa juga gonta-ganti pacar, selama gonta-gantinya karena ketidakcocokan, bukan karena gatelan saja. Hehe. Namanya juga lagi masa penjajagan, sebelum menjalani hubungan yang komitmennya lebih kuat, boleh dong memilih-milih yang terbaik? Daripada entarnya terjebak dengan orang yang salah?
Soalnya saya rasa nggak semua orang 'seberuntung' orang dulu --atau mungkin juga ada orang sekarang --- yang mendapatkan pasangan 'langsung cocok' sampai menikah.(Uhm, jangan-jangan, sebenarnya bukan 'beruntung' juga, tapi daripada dicap jelek, mending dipertahankan? Siapa tau kan? hehe)
"Ya nggak apa-apa lah,keren ponakan lo, laku." kata saya sambil terkekeh.
sumber gambar : sxc.hu
7 komentar:
iyaaa kalo masih muda mah mending juga ganti2 pacar daripada stick terus sama satu lelaki terus tau2 hamil *ini apa sih, suudzon banget*
hahaha....
serius ah,
iya, mencari pasangan itu kan ngga pernah mudah. mana kita tau kalo ga dicoba satu2 yah. hehe
eh ternyata nggak bisa serius juga :D
Kenapa kalo yg gonta ganti pacar itu cewek, kesannya negatif
nah kalo cowok, malah bangga????
Anw... skr ABG makin ekspresif makanya baru getar dikit udh jadian, cekcok dikit udahan :D
doooh untung dulu gak begitu....
(eh skr juga enggak lho :P hehehe)
Ha.ha..ha...semakin gonta-ganti bakalan semakin bingung menentukan pilihan akhir....eventually yang untuk selamannya asal-asalan he..he..he....itu pengalaman temen-temenku selama ini. Mereka yang sering gampangan begitu, akhirnya malah kurang puas dan bahagia, tapi gak tahu yah, karena pengalaman saya dulu tidak terlalu luas ocerage-nya cuman temen-temen deket di sekolah aja...gak tahu kecenderungan yang sesungguhnya atau at truly general cases...God who knows....
Bukannya masa pacaran tuh adjustment era jadi sah2 aja klo gonta ganti pacar. Paling ga ntar klo mo married dah tau cew/cow seperti apa yg diinginin...:-)
ga ada masalah gonta ganti pacar, asalkan tiap ngejalaninnya benar :)
itu proses mencari yg terbaik, lagian dg gonta ganti gitu--jadi tau sifatnya cowok kayak apa :)
pashatama:
deuu, dicoba atu2, kayak makanan :))
Eka Situmorang:
karena (katanya) perempuan seharusnya pasif dan nrimo, kalo gonta-ganti, kesannya ahresif....kali ya?*ngarang*
pelangianak:
mungkin kudu diliat kasus per kasus,soalnya sekeliling saya yang gonta-ganti akhirnya 'menemukan' yang paling pas :)
purpleprudence & citra kiki : iye, semacam mencari yang terbaik dan belajar dari pengalaman hehehe.
yah, begitulah.. masyarakat..
*berasa feminis gitu gue..*
Posting Komentar