Rabu, Oktober 21, 2009
Cerita Kiriman : Miss A(nnoying)
Saya bukan orang yg rese dengan cerita nostalgia soal mantan pasangan, mengingat saya pun pernah punya cerita dengan mantan-mantan yg (mungkin) sulit saya lupakan. Rasanya saya sangat toleran terhadap masa lalu. Tapi saya paling sebel kalau ada orang dari masa lalu yang terang-terangan datang dan mengganggu 'masa sekarang'.
Tersebutlah 1 teman suami yg hobi sekali mengupdate info tentang saya, esp waktu saya dan suami masih pacaran. Kita sebut saja dia Miss A(nnoying). Setiap dia online di messenger, pasti dia akan sok ramah menyapa saya dan bertanya ini-itu. Dimana saya bekerja, berapa gaji saya, fasilitas business trip saya, sampai dimana tempat gaul saya. Hohoho.. penting yaaa?
Mengingat dia teman suami dan lebih tua beberapa tahun di atas saya, saya selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan dia dengan ramah. Tapi setelah pertanyaan-pertanyaannya berubah menjadi pernyataan-pernyataan berbau kompetisi, saya mulai terganggu.
Rasanya sebel setengah mampus dengar cerita soal ibu suami a.k.a mertua saya yang suka banget sama dia, sampai pengen banget menjadikan dia sebagai menantu waktu itu. Juga soal suami yg dulu semasa SMA rajin banget mengupdate dia soal info chart lagu indonesia, sampai bela-belain kirim surat ke negara tetangga. *ceritanya waktu SMA dia sempat ikut pertukaran pelajar.
Karena sebel dengan cerita rese yg diulang-ulang hampir di setiap chat, secara tidak langsung saya mengkonfirmasi cerita-cerita itu, baik kepada ibu mertua maupun kepada suami. Dan hasil yang saya dapatkan tidak se'berbunga' ceritanya.
Ternyata, ibu mertua malah mengatakan kalo keluarga Si Miss A-lah yang gencar ngajak besanan. Sedangkan suami mengatakan kalo dia ga penah membayangkan menjadi seorang anak SMA yg pergi ke kantor pos untuk rajin berkirim surat. Moreover waktu itu si suami udah punya pacar. Well, saya tidak berminat untuk berkomentar lebih jauh. Saya hanya menyimpulkan kalo mungkin si Miss A naksir suami (yang waktu itu masih berstatus sebagai pacar saya).
Kemudian dari cerita teman-teman suami (yg notabene para pria), saya jadi tahu kalo si Miss A ini memang punya hobi ngarang cerita, seolah-olah semua pria di dunia pernah naksir sama dia. Sakit jiwa menurut saya. Saya sempat heran, si A ini cantik dan pintar. Benar-benar tidak ada yg salah dengan dia. Saya yakin (kalo dia anteng, ga kebanyakan ngarang cerita) yg naksir dia juga banyak. Kok ya bisa-bisanyaaa.. Anyway, itu bukan urusan saya.
Waktu berlalu. Sekarang si Miss A sudah menikah. Begitupun saya dengan suami. Tapi saya sungguh heran mendapati habit si Miss A tidak berubah.
Dia masih suka mengarang cerita soal suami saya yg kata dia dulu ‘blablabla’ sama dia. Lalala.. saya tidak terlalu peduli hingga suatu hari, menjelang lebaran, dia mengarang cerita yg menurut saya sudah menjurus ke arah adu domba suami istri. Disinilah saya mulai membencinya setengah mati.
Kali ini si Miss A mengarang cerita kalo suami saya mengajaknya berbuka puasa bersama di luar sepengetahuan saya. Waktu saya mengetikkan 1 kalimat “Oh iya?”, dia langsung semangat mengeluarkan kalimat-kalimat pengundang depresi seperti "Oh, kamu ga tahu ya? Aduh, maaf. Aku kira suami kamu cerita", atau "aduh, aku jadi ga enak nih. uhm.. nanti aku tanya suami kamu lagi aja", “Uhm.. atau kamu aja yg tanya. Aduh, aku beneran jd ga enak, nih” etc. Waktu itu pengen banget saya membalas “Aduh, kamu lucu banget sih mba, jadi pengen nabokin”. Hehe..
Well, pada waktu itu akhirnya saya memilih untuk segera memasang status “busy” dan tidak lagi menanggapi window messenger yg terus berkedip-kedip, tapi saya langsung marah-marah pada suami. Bukan menuduhnya ini-itu karena termakan omongan si Miss A tadi, tapi karena saya butuh tempat untuk ngomel panjang lebar sebagai pelampiasan agar saya tidak menyemprot si Miss A secara langsung atas nama sopan santun (selain males ribut sama orang gila). Suami saya tentu saja hanya tertawa. Dia malah membodoh-bodohkan saya yg gampang banget menjadi emosi, padahal saya sudah tahu bagaimana habbit si Miss A.
Saya tahu dan sepenuhnya sadar kalo saya bodoh. Membuang-buang energi untuk marah-marah dan sebel, bahkan sampai benci setengah mati sama orang gila. Tapi saya rasa kebanyakan perempuan yang ada di posisi saya akan melakukan hal serupa, ngomel-ngomel dan memaki-maki untuk menumpahkan kekesalan. Apalagi kali ini cerita si Miss A sudah menjurus ke arah adu domba. Itu yg membuat saya (bodohnya) jadi benci sama dia. Coba kalau saja saya belum tahu bagaimana ‘kondisi kejiwaan’ si Miss A. Ada kemungkinan terjadi percekcokan rumah tangga kan? Apalagi usia pernikahan saya dengan suami baru jalan 3 bulan.
Setelah emosi saya reda, saya jadi berpikir betapa mudahnya saya ter-provokasi dengan kegilaan si Miss A. Nyaris saja saya tertular jadi ikut gila (dengan ngomel-ngomel ga berujung). Benarkah semua wanita mudah ter-provokasi oleh orang-orang seperti Miss A, atau jangan-jangan hanya saya?
Btw, kalo dipikir-pikir saya jahat sekali ya memvonis si Miss A sakit jiwa. Hehe..
Sumber gambar : sxc.hu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
gak salah kok,,,
Miss A emang sakit jiwa,,
hehe ^^
biarkan saja ,,nanti juga capek sendiri...
well kalo gak cape2..haha..tabokin aja..hahaha,,
"Ternyata, ibu mertua malah mengatakan kalo keluarga Si Miss A-lah yang gencar ngajak besanan."
Saya juga pernah ngalamin ini, persis banget nget nget.
Sekarang kalo diinget2 ya ampuun, masa muda :))
Posting Komentar