Rabu, Juli 29, 2009
Kamis, Juli 16, 2009
Diomelin Via E-mail
Bukunya nyusahin, susah dapetinnya, harus 3 kali dulu ke Gramedia IP (Istana Plaza), 2 kali ke Gramedia Merdeka, terus dapetnya di Gramedia IP berikut harus nanya dulu ke mas2nya kayak mau beli obat di apotek
Senny Oktaviani
Tapi keren... keren bangetlah... bagus pisan. Jadi nggak jadi minta uangnya dibalikin hehe
Hihi, ada beberapa e-mail dan pesan-pesan di wall, yang ngomelin kita, well, tepatnya nggak ngomel sih, tapi misuh-misuh *lah, sama aja ya?*, karena buku 'Lajang dan Nikah : Sama Enaknya, Sama Ribetnya' susah didapat di toko buku.
Ihiks.
Maaf, memang sih distribusinya belum merata di toko buku di setiap kota, tapi kita dapat beberapa informasi dari teman-teman juga sih, ada di toko buku mana saja 'Lajang dan Nikah : Sama Ribetnya, Sama Enaknya' ini, kalau ada yang punya info toko buku lain, silahkan lho, kirim e-mail aja ke lajangdanmenikah@gmail.com
JAKARTA
Gramedia Artha Gading
Gramedia Kelapa Gading (tapi konon katanya, stok 0, coba cek-cek aja lagi ya...)
Gramedia Pondok Indah Mall
Gramedia Cijantung (yang mana katanya, stok 0 juga, habis, cek-cek lagi deh :D)
Gramedia Hero Gatot Subroto Pancoran (tadi masih ada sembilan buku)
Gramedia Semanggi
Gramedia Lippo Supermall Karavaci
Gramedia Depok
Gramedia Matraman
Gramedia Emporium Pluit.
Gunung Agung Mall Kelapa Gading
BANDUNG
Gramedia Merdeka
Gramedia Bandung Super Mall (minggu kemarin, 14 buku)
Gramedia Istana Plaza (tadi masih ada 13 buku)
SURABAYA
Togamas Margorejo Indah
Toko buku Uranus.
YOGYAKARTA
Toga Mas Pusat, Gejayan.
TOKO BUKU ONLINE
Kutukutubuku.com
Selasa, Juli 14, 2009
Halo, halo Bandung!
Halo-halo Bandung! Penasaran sama lagunya lajangdanmenikah.com? Dateng yuk ke Bandung Trade Center, hari Rabu tanggal 15 Juli 2009. Filltico (band yang manggung) bakal main dua sesi, sesi satu jam 16.45-17.00 dan sesi dua jam 17.30 - 18.00. Lagu lajang dan menikah bakal dibawain di sesi ke dua.
See you there! :)
---update---
See you there! :)
---update---
Halo, halo, ini buat kepentingan survey sudah ada di toko buku mana saja buku 'Lajang dan Nikah : Sama Ribetnya, Sama Enaknya'. Kalau misalnya kamu kebetulan 'nemu' bukunya, boleh loh di kasih tau ke lajangdanmenikah@gmail.com, kalau misalnya niiih, mau dipotret, kirim juga ke e-mail ini. Ntar bakal kami muat di photo album di fanpagenya Lajangdanmenikah.com (sertakan nama dan alamat blog juga, biar dimasukin sekalian)
*tapi teteub yah, ati-ati, jangan ketauan sama penjaganya...*
Seperti Anky, dari Surabaya, yang sudah ngirimin ini
katanya, dia sampe gemeteran takut ketangkep sama penjaga toko bukunya.
THANK YOU, ANKY!
PS: Kalau sudah beli, struk pembelian dari tokonya jangan dibuang.
Kenapa?
Adda... aja! ;-)
Cheers!
Alexa & Adisti.
*tapi teteub yah, ati-ati, jangan ketauan sama penjaganya...*
Seperti Anky, dari Surabaya, yang sudah ngirimin ini
katanya, dia sampe gemeteran takut ketangkep sama penjaga toko bukunya.
THANK YOU, ANKY!
PS: Kalau sudah beli, struk pembelian dari tokonya jangan dibuang.
Kenapa?
Adda... aja! ;-)
Cheers!
Alexa & Adisti.
Minggu, Juli 12, 2009
Telah Edar : Lajang dan Nikah : sama Ribetnya, sama enaknya.
Yup, finally. Berdasarkan kabar terakhir yang kami terima hari Sabtu kemarin, buku Lajang dan Nikah : Sama Enaknya, Sama Ribetnya, telah beredar di toko-toko buku di pulau Jawa.
Sedang di toko buku sekarang? Dapatkan segera
*Tsah!*
Anyway, ini untuk survey saja, kalau anda bersedia untuk berbaik hati membantu (hehe), silahkan kirim nama toko buku, alamat serta kota tempat anda 'menemukan' buku tersebut ke : lajangdanmenikah@gmail.com , kalau mau mengirimkan fotonya sekalian boleh banget, tapi awas, jangan sampai ketahuan penjaga toko bukunya! :D
Dan satu lagi, tahukah kalian kalau buku ini punya soundtrack tersendiri?
Nantikan.
;-)
Si Lajang Alexa : Ikatan Batin.
"Lu tuh punya niat menikah nggak sih?" celetukan itu keluar dari bibir Cecil mendadak, saat kami sedang berada di dapur rumah kontrakan Marco, untuk menyiapkan makan siang weekend ini. Sementara Marco dan Chris, sedang menjalankan fitrahnya sebagai pria yang memiliki kecenderungan tidak berguna untuk perkara domestik. I have no idea what they are doing now. Mungkin mereka sedang melakukan kegiatan pria sejati pada umumnya, antara main games, menonton DVD atau mengobrolkan masalah pria sambil merokok di teras. *roll eyes*
Menu kami hari ini adalah pasta, salad dan chicken cream soup. Pasta telah selesai, Cecil sedang mengaduk cream soup di kompor supaya tidak pecah, saya memotong-motong slada, tomat, timun dan bawang bombay untuk diatur di piring saji dan disiram dengan saus Thousand Island. Memang mostly kami menggunakan bahan instan, duuuh, hari gini ya, kalau bisa melakukan satu hal dengan sederhana, kenapa musti ribet? ;-)
"Kenapa emangnya?" tanya saya.
"Just curious."
"Curiousity kills many cats." balas saya.
"Gue kan bukan kucing."
"Iya juga sih." saya terdiam,"Mmmm... sumpah sampe sekarang belum ada sedikit pun terbersit keinginan menikah dalam benak gue."
"Boong ah."
"Eh, serius. Suer." saya pun mengangkat tangan kanan saya dan mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah membentuk huruf V.
"Emangnya lu nggak pengen settling down satu saat nanti?"
"Oh tentu pengen. Satu saat nanti, entah kapan. Gue selalu berpikir untuk punya rumah kayu di desa, terus bercocok tanam hidroponik.Tapi, dalam bayangan gue, nggak pernah ada sosok suami tuh, yang ada malah sosok Golden Retriever yang bakal gue kasih nama Che atau Lennon. Dan uhm, kadang-kadang keselip juga dalam khayalan gue, seorang anak cewek, yang gue kasih nama Yoko."
"Eh, gimana sih khayalan elo, ada anak tapi nggak ada suami!" Cecil mengerutkan kening, ia menghentikan adukan tangannya pada panci soup.
"Mmm... gimana dong, memiliki suami itu nggak pernah ada dalam bayangan settling down versi gue." saya mengedikkan bahu.
"Kalo lo nggak punya suami, gimana punya anak dong?"
"Adopsiiiiii... " jawab saya,"... itu ya coba, soupnya diaduk, ntar pecah..."
Iya, saya selalu berpikir untuk mengadopsi anak.
"Ih. Adopsi?" kening Cecil semakin berkerut,"Nggak pengen punya anak sendiri?"
"Mmm, belum kepikir tuh. Tapi gue pengen punya anak. Jadi cara satu-satunya ya adopsi, secara ya gue hidup di lingkungan yang ribet sama masalah moral, nggak kebayang kalau gue punya anak sendiri, tanpa suami. Gue sih nggak setabah dan secuek itu ngadepin public judgement. Dan itu, coba soupnya diaduk."
.... lagi pula, buat apa sih menuh-menuhin populasi dunia dengan beranak lagi, padahal di dunia ini masih banyak anak yang membutuhkan support secara spiritual, mental dan finansial? --- imbuh saya dalam hati.
"Tapi anak sendiri itu beda tau nggak sih rasanya dengan anak adopsi." sanggah Cecil.
"Ya beda lah, gue juga tau, yang satu dilahirin dari rahim sendiri, dengan rasa sakit karena vagina sobek, yang satu nggak."
"Wis, gila lo." Cecil menggelengkan kepala.
"Itu coba soup..."
"Iya, iya, gue aduk..." potong Cecil.
Lalu hening sesaat, saya pun mulai menyusun seluruh sayur yang telah saya potongi di atas piring saji.
"Ikatannya batinnya kan beda juga, Lex." cetus Cecil tiba-tiba.
"Kata siapa?" saya menoleh.
"Mmm, kata gue barusan..."
"Ngaco lu." saya tersenyum.
Ya, saya tahu bahwa Cecil ngaco. Sangat ngaco. Bagi orangtua yang 'bener' dan bertanggung jawab, nggak ada bedanya ikatan batin antara anak kandung dengan anak angkat, selama memang orangtua terlibat langsung dalam proses tumbuh kembang anak dan menyayangi anak tersebut seperti menyayangi anak dari rahim sendiri.
Darimana saya tahu ini? Karena saya sendiri adalah anak adopsi. Setelah melahirkan Bang Leo, Ibu kerap hamil dan keguguran. Ditambah lagi dengan keanehan yang terjadi ketika menstruasi, saat-saat seperti itu bisa dipastikan darah yang keluar berlebihan, bahkan ada satu saat di mana beliau sampai harus ditransfusi darah. Terakhir, perut ibu membesar, dipikirnya hamil, ternyata setelah diperiksa, beliau didiagnosa terkena Mioma Uteri dan harus menjalani miomektomi, alias pengangkatan Miom.
Dikiranya setelah itu aman, dan ibu bisa hamil dengan tenteram. Tapi ternyata salah, miom tersebut muncul kembali, sehingga diputuskan bahwa Ibu harus operasi angkat rahim.
Padahal ia masih ingin punya anak lagi. To make long story short, maka ibu mengadopsi anak. Saya lah, si Alexa ini, yang menjadi anak beruntung yang diadopsi oleh keluarga bapak dan ibu saya.
Saya diadopsi sejak umur lima bulan dari seorang kerabat di Menado sana.
Saya baru tahu tentang kebenaran ini saat berumur tiga belas tahun, itu pun karena tak sengaja mencuri dengar pembicaraan antara bude-bude dan tante-tante saat reuni keluarga.
Bagaimana perasaan saya? Kacau. Shocked lah jelas. Selama ini, mereka yang saya anggap orangtua kandung, adalah orangtua tiri saya. Man! And I was just only 13 that time. Lagi badung-badung nyebelin sok taunya. :) Meskipun saya tahu bahwa selama ini, tidak ada satu perbuatan pun yang membedakan perlakuan mereka pada saya dan Bang Leo, meski saya tahu bahwa mereka sungguh menyayangi saya, tapi saya sok-sokan ingin ketemu orangtua kandung saya.
Saya sempat tinggal selama setahun bersama orangtua kandung saya. Did i feel happy? No. I didn't... at all. Bukan karena keadaan keluarga kandung saya, tapi karena saya sama sekali nggak punya perasaan apa-apa terhadap mereka. Ikatan batin apaan? Ikatan batin dari Hongkong! Saya merasa tersiksa karena harus hidup jauh dari bapak, ibu dan Abang angkat saya. Karena ini, saya jadi sakit, funny thing, my mom also got sick, dalam waktu yang bersamaan.
Akhirnya saya pulang pada mereka. Saya menyebut mereka : rumah, tempat orang-orang yang memiliki ikatan batin dan saling mengasihi berkumpul. Yeah, saya masih berkirim surat dengan orangtua kandung saya, tapi kalau disuruh memilih, atau menyebutkan, siapa orangtua saya --- saya lebih suka menyebutkan bahwa bapak dan ibu angkat saya, adalah orangtua. :)
Buat saya, ikatan batin itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan apakah anak tersebut adalah anak kandung atau bukan :)
"Selesai." cetus saya setelah menuangkan saus Thousand Island.
"Selesai juga..." seru Cecil sambil mematikan kompor.
"Mmm. Lex, tapi katanya, perkembangan anak itu bakal lebih seimbang kalau orangtuanya lengkap, ada bapak dan ada ibu."
"Mmm, iya ya?" saya tersenyum kecil,"... mungkin gue bisa melibatkan Marco, atau pacar-pacar gue nanti, saat gue sudah settling down, dalam ngerawat anak itu."
"Lu gila..."
"Ah, lagian ini kan baru khayalan guee.. serius amat sih lo." saya pun mengangkat piring saji yang berisi salad ke ruang makan, sementara Cecil menuangkan soup ke dalam mangkuk saji.
Marco dan Chris ternyata sedang membahas kamera DSLR canggih baru milik Chris. Benar-benar pria sejati. :)
"Cowok-cowok! Makan siang! Ntar nggak mau tau, kalian yang nyuci ya, bowww..." cetus saya.
"Aduh, perempuan-perempuan jaman sekarang ya..." balas Chris dengan nada bercanda.
Gambar dari : http://sxc.hu
Menu kami hari ini adalah pasta, salad dan chicken cream soup. Pasta telah selesai, Cecil sedang mengaduk cream soup di kompor supaya tidak pecah, saya memotong-motong slada, tomat, timun dan bawang bombay untuk diatur di piring saji dan disiram dengan saus Thousand Island. Memang mostly kami menggunakan bahan instan, duuuh, hari gini ya, kalau bisa melakukan satu hal dengan sederhana, kenapa musti ribet? ;-)
"Kenapa emangnya?" tanya saya.
"Just curious."
"Curiousity kills many cats." balas saya.
"Gue kan bukan kucing."
"Iya juga sih." saya terdiam,"Mmmm... sumpah sampe sekarang belum ada sedikit pun terbersit keinginan menikah dalam benak gue."
"Boong ah."
"Eh, serius. Suer." saya pun mengangkat tangan kanan saya dan mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah membentuk huruf V.
"Emangnya lu nggak pengen settling down satu saat nanti?"
"Oh tentu pengen. Satu saat nanti, entah kapan. Gue selalu berpikir untuk punya rumah kayu di desa, terus bercocok tanam hidroponik.Tapi, dalam bayangan gue, nggak pernah ada sosok suami tuh, yang ada malah sosok Golden Retriever yang bakal gue kasih nama Che atau Lennon. Dan uhm, kadang-kadang keselip juga dalam khayalan gue, seorang anak cewek, yang gue kasih nama Yoko."
"Eh, gimana sih khayalan elo, ada anak tapi nggak ada suami!" Cecil mengerutkan kening, ia menghentikan adukan tangannya pada panci soup.
"Mmm... gimana dong, memiliki suami itu nggak pernah ada dalam bayangan settling down versi gue." saya mengedikkan bahu.
"Kalo lo nggak punya suami, gimana punya anak dong?"
"Adopsiiiiii... " jawab saya,"... itu ya coba, soupnya diaduk, ntar pecah..."
Iya, saya selalu berpikir untuk mengadopsi anak.
"Ih. Adopsi?" kening Cecil semakin berkerut,"Nggak pengen punya anak sendiri?"
"Mmm, belum kepikir tuh. Tapi gue pengen punya anak. Jadi cara satu-satunya ya adopsi, secara ya gue hidup di lingkungan yang ribet sama masalah moral, nggak kebayang kalau gue punya anak sendiri, tanpa suami. Gue sih nggak setabah dan secuek itu ngadepin public judgement. Dan itu, coba soupnya diaduk."
.... lagi pula, buat apa sih menuh-menuhin populasi dunia dengan beranak lagi, padahal di dunia ini masih banyak anak yang membutuhkan support secara spiritual, mental dan finansial? --- imbuh saya dalam hati.
"Tapi anak sendiri itu beda tau nggak sih rasanya dengan anak adopsi." sanggah Cecil.
"Ya beda lah, gue juga tau, yang satu dilahirin dari rahim sendiri, dengan rasa sakit karena vagina sobek, yang satu nggak."
"Wis, gila lo." Cecil menggelengkan kepala.
"Itu coba soup..."
"Iya, iya, gue aduk..." potong Cecil.
Lalu hening sesaat, saya pun mulai menyusun seluruh sayur yang telah saya potongi di atas piring saji.
"Ikatannya batinnya kan beda juga, Lex." cetus Cecil tiba-tiba.
"Kata siapa?" saya menoleh.
"Mmm, kata gue barusan..."
"Ngaco lu." saya tersenyum.
Ya, saya tahu bahwa Cecil ngaco. Sangat ngaco. Bagi orangtua yang 'bener' dan bertanggung jawab, nggak ada bedanya ikatan batin antara anak kandung dengan anak angkat, selama memang orangtua terlibat langsung dalam proses tumbuh kembang anak dan menyayangi anak tersebut seperti menyayangi anak dari rahim sendiri.
Darimana saya tahu ini? Karena saya sendiri adalah anak adopsi. Setelah melahirkan Bang Leo, Ibu kerap hamil dan keguguran. Ditambah lagi dengan keanehan yang terjadi ketika menstruasi, saat-saat seperti itu bisa dipastikan darah yang keluar berlebihan, bahkan ada satu saat di mana beliau sampai harus ditransfusi darah. Terakhir, perut ibu membesar, dipikirnya hamil, ternyata setelah diperiksa, beliau didiagnosa terkena Mioma Uteri dan harus menjalani miomektomi, alias pengangkatan Miom.
Dikiranya setelah itu aman, dan ibu bisa hamil dengan tenteram. Tapi ternyata salah, miom tersebut muncul kembali, sehingga diputuskan bahwa Ibu harus operasi angkat rahim.
Padahal ia masih ingin punya anak lagi. To make long story short, maka ibu mengadopsi anak. Saya lah, si Alexa ini, yang menjadi anak beruntung yang diadopsi oleh keluarga bapak dan ibu saya.
Saya diadopsi sejak umur lima bulan dari seorang kerabat di Menado sana.
Saya baru tahu tentang kebenaran ini saat berumur tiga belas tahun, itu pun karena tak sengaja mencuri dengar pembicaraan antara bude-bude dan tante-tante saat reuni keluarga.
Bagaimana perasaan saya? Kacau. Shocked lah jelas. Selama ini, mereka yang saya anggap orangtua kandung, adalah orangtua tiri saya. Man! And I was just only 13 that time. Lagi badung-badung nyebelin sok taunya. :) Meskipun saya tahu bahwa selama ini, tidak ada satu perbuatan pun yang membedakan perlakuan mereka pada saya dan Bang Leo, meski saya tahu bahwa mereka sungguh menyayangi saya, tapi saya sok-sokan ingin ketemu orangtua kandung saya.
Saya sempat tinggal selama setahun bersama orangtua kandung saya. Did i feel happy? No. I didn't... at all. Bukan karena keadaan keluarga kandung saya, tapi karena saya sama sekali nggak punya perasaan apa-apa terhadap mereka. Ikatan batin apaan? Ikatan batin dari Hongkong! Saya merasa tersiksa karena harus hidup jauh dari bapak, ibu dan Abang angkat saya. Karena ini, saya jadi sakit, funny thing, my mom also got sick, dalam waktu yang bersamaan.
Akhirnya saya pulang pada mereka. Saya menyebut mereka : rumah, tempat orang-orang yang memiliki ikatan batin dan saling mengasihi berkumpul. Yeah, saya masih berkirim surat dengan orangtua kandung saya, tapi kalau disuruh memilih, atau menyebutkan, siapa orangtua saya --- saya lebih suka menyebutkan bahwa bapak dan ibu angkat saya, adalah orangtua. :)
Buat saya, ikatan batin itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan apakah anak tersebut adalah anak kandung atau bukan :)
"Selesai." cetus saya setelah menuangkan saus Thousand Island.
"Selesai juga..." seru Cecil sambil mematikan kompor.
"Mmm. Lex, tapi katanya, perkembangan anak itu bakal lebih seimbang kalau orangtuanya lengkap, ada bapak dan ada ibu."
"Mmm, iya ya?" saya tersenyum kecil,"... mungkin gue bisa melibatkan Marco, atau pacar-pacar gue nanti, saat gue sudah settling down, dalam ngerawat anak itu."
"Lu gila..."
"Ah, lagian ini kan baru khayalan guee.. serius amat sih lo." saya pun mengangkat piring saji yang berisi salad ke ruang makan, sementara Cecil menuangkan soup ke dalam mangkuk saji.
Marco dan Chris ternyata sedang membahas kamera DSLR canggih baru milik Chris. Benar-benar pria sejati. :)
"Cowok-cowok! Makan siang! Ntar nggak mau tau, kalian yang nyuci ya, bowww..." cetus saya.
"Aduh, perempuan-perempuan jaman sekarang ya..." balas Chris dengan nada bercanda.
Gambar dari : http://sxc.hu
Jumat, Juli 03, 2009
Lajang dan Menikah : Sama Enaknya, Sama Ribetnya, THE BOOK! Dapatkan di Toko buku terdekat!
Akhirnya! Buku ini keluar juga :) Eh, belum deng, baru saja keluar dari oven dan akan beredar di toko buku terdekat (sekitar) minggu depan! Dapatkan segera! Jangan Ketinggalan!
WHAT THEY SAY ABOUT THIS BOOK :
Apakah kata “LAJANG” dan “PERNIKAHAN” kamu highlight tebal-tebal di kepala? Maka kisah si Single dan warna warni rumahtangga bisa kamu lahap tanpa sensor disini. Lebih menarik lagi jika kamu berlagak gila, seolah olah sedang ikut nimbrung di setiap kejadiannnya (seperti yang saya lakukan). Seru! Karena hidup harus dilihat dari berbagai point of view.
–Sogi ‘Extravaganza’ Indra Dhuaja, Entertainer.
“Lajang dan Menikah bia dikatakan buku paling entertaining dan dinamis yang pernah saya baca. Narasi yang sangat lugas namun lucu dan terkadang tragis tapi penuh passion, mampu menseparasi sekaligus mengkombinasi gap antara kehidupan urban perempuan lajang dan menikah. Obsessive-compulsively page turner!”
–Ika Natassa, penulis novel A Very Yuppy Wedding dan Divortiare
Very insightful! Seharusnya buku ini berjudul How To Read Single and Married Woman’s Mind. PENTING dibaca oleh laki-laki! WAJIB dibaca oleh perempuan!
–Pribadi Prananta - part-time husband, full-time lover, overtime copywriter.
Lajang & menikah, sebuah tema yang menarik untuk dibahas secara bersamaan karena pasti kita berada pada salah satunya. kalau di kehidupan sehari-hari biasanya saling mencela dan saling iri, alex & adisti malah membuatnya menjadi cerita yang lucu.
– alaya, blogger
Pertama kali membaca ‘Lajang dan Menikah’, saya langsung menebak bahwa blog ini akan menjadi sebuah buku. Semacam panduan non-konvensional untuk para perempuan yang sedang bingung menentukan pilihan hidup, termasuk saya sendiri *cough*. Lugas, cerdas, tajam, dan tanpa menggurui, buku ini tidak menjanjikan jawaban, namun cerita-cerita di dalamnya dijamin membuat kita merenung dan berpikir dua kali. Tentang mengambil keputusan. Tentang menjalani hidup. Hidup memang cuma sekali. Nggak ada salahnya dinikmati, lengkap dengan segala pilihan dan konsekuensinya. Dan untuk yang satu ini, ‘Lajang dan Menikah’ bisa jadi pilihan tepat.
–Jenny Jusuf , novelis, blogger
Girls, don’t you dare to get married before you read this book!!!
– Ayang Cempaka, seniman
Rumput tetangga selalu lebih hijau: Yang lajang sirik sama yang nikah, yang nikah sirik sama yang lajang. Daripada sirik-sirikan, baca deh potret-potret dari dua sisi kehidupan ini, dituturkan secara bergantian oleh dua pelakunya: si lajang dan si ibu-ibu muda. Rasanya seperti mendengarkan ocehan teman baik yang sedang menyodorkan renungan-renungan lugas, jujur, dan yang penting, tidak menggurui maupun menghakimi! Ditanggung bakal ketawa-ketiwi sambil ikutan nyeletuk…
— Herdiana Hakim. Salah satu dari si lajang (yang nggak ikut-ikutan sirik sama yang nikah, beneran!), penulis dan penerjemah
ALEXA SAYS...
Nama saya Alexandra Kirana, tapi panggil aja Alexa atau Alex, saya pasti noleh kok. Umur awal tiga puluh, sebal dipanggil "Bu.", sering GR kalau ditanya "Abis pulang kuliah ya, Dik?" atau 'Kuliah di mana?'. Tergila-gila french kiss, traveling dan blogging. Punya pacar, satu. Bekerja sebagai freelancer apa saja, yang penting survived.
Saya kenal dengan Adisti sudah cukup lama, ada kali lima tahun. Tapi baru deket sekitar tiga tahun belakangan ini. Awalnya apalagi kalau bukan karena blog. Biasa deh, saling berkunjung, lalu sering nulis-nulis komentar : ‘Pertamax!’ (yea, yea, I know, sungguh nggak penting.)
Dari situ jadi sering chatting. Sampai satu saat, ada rencana kopdar blogger, dengan semangat, saya dan Adisti berencana datang. Yang ternyataaaaa, sebagian besar yang datang adalah para dewa-dewa IT begitu deh. Mereka ngomongin php, Java dan segala program yang namanya terdengar ajaib bagi para end-user macam saya dan Adisti. Maka kami pun pura-pura pamit duluan. Pindah lokasi nongkrong.
Ternyata, kami nyambung bukan secara maya saja, tapi di dunia nyata juga. Pertemuan-pertemuan itu jadi rutin. Dan, kalau cewek-cewek ketemu biasanya ngapain kalau nggak curhat?
Sampai satu saat, tercetus ide --- tepatnya celetukan sih,”Ini kalau curhatan kita ditulis, jadi kali satu novel.”
Nah, dari situ, kami terpikir, kenapa nggak bikin kumpulan tulisan aja ya?
Dan, voila! Jadilah blog http://lajangdanmenikah.com – nggak nyangka juga, ternyata blog ini banyak yang suka.
Anyway, buat pembaca setia blog lajang dan menikah, jangan kuatir, biar pun anda telah membaca cerita-cerita di blog, tapi anda pasti akan mendapatkan sesuatu yang baru di sini. Semoga para pembaca sekalian menikmati seluruh cerita di dalamnya, sama seperti kami menikmati proses menulisnya.
Regards,
Alexa
ADISTI SAYS....
Hai hai!
Nama saya Adisti Fidelia, bersuami (masih) satu, punya satu anak menjelang dua.
Kayaknya gak perlu berpanjang lebar saya jelasin sejarah saya, Alexa, dan Lajang dan Menikah ya. Alexa udah nyerocos duluan gitu.
Anywaayy… dulu pas pertama ketemu Alexa, kirain dia pendiem loh. Salah booo ternyata hehe *menghindari lemparan panser*
Buku ini kami bikin bukannya mau menggurui yang lajang atau yang sudah menikah, Cuma sekedar berbagi pengalaman aja, sukur-sukur bisa dijadikan pelajaran. Kalau kata guru SMA saya, selalu lah belajar dari pengalaman orang lain
Berawal dari blog, ternyata eh banyak pengunjung dan mereka uhm…suka ama tulisan kami (tsah!) maka tercetus pikiran iseng, terbitin yuk!
Eh gak iseng juga sih, karena setelahnya kami langsung serius membahas naskah, promosi, layout dan lain-lain. Jadinya serius. Banget.
Dan hasilnya…tada….. enjoy!
Love,
Adisti
Langganan:
Postingan (Atom)