“Jadi, sekarang lo pacaran sama siapa?” Tanya seorang sepupu perempuan, menikah, pada saat kami bertemu di sebuah resepsi pernikahan. Tolong catat, saya dan dia tidak pernah dekat sama sekali, jadi dari dulu, tidak pernah tuh ada sesi curhat bersama tentang pacar masing-masing. Pacarnya --- yang sekarang jadi suami--- saja baru saya tahu saat mereka mengadakan resepsi nikah.
Dan entah kenapa, setiap kami bertemu, pertanyaan pertamanya bukan apa kabar, tapi ya itu.
Nah, mengingat ketidakdekatan kami, boleh dong, saya menganggap bahwa ini pertanyaan yang malesin. Eh, wait. Nggak apa-apa deng, kalau pertanyaannya berhenti setelah saya jawab. Nah, yang males, kalau misalnya pertanyaannya berkembang ---dan, ehm, kalau dia yang bertanya, tentunya berkembang.
Saat pertemuan kami di reuni keluarga akhir tahun dua tahun yang lalu, saya kebetulan sedang jomblo alias off dengan Marco maka saya jawab”Nggak ada”. Yah sial, tiba-tiba saya dikuliahi begini : Aduh, makanya, jangan terlalu picky, nggak ada cowok sempurna di dunia ini. Udah lah, jangan terlalu percaya sama mitos Mr. Right, Prince Charming apa lah itu, nggak ada itu. Pada akhirnya ketika kita menikah yang diperlukan cuma pengertian aja.
Well, pertama, saya tahu bahwa Mr Right (Atau Prince Charming apa-lah-itu) tidak ada, sudah di’tek’ semua oleh Walt Disney’s Princesses. Yang kedua, sepertinya pria model begitu, definitely not my type. Kurang badung gicu, ganti.
Nah pas resepsi kemarin, kebetulan saya sedang nyambung lagi dengan Marco (deuh.) dan bilang ‘Ada’. Eh dia malah ngeledek :“Yang sekarang serius nih? Nggak putus-putus lagi?” Yah elah. Mbok ya'o. Sutralah. Lalu (tanpa diminta) berlanjut, dengan tips dan trik supaya hubungan langgeng, supaya nggak putus-putus melulu kayak saya, supaya cepet nikah.
Hmpf. Belum lagi kalau ia mengembangkan pembicaraan tentang pria. Bahwa semua pria itu bakal penasaran dengan perempuan yang susah didapat. Terus, ia bilang, bahwa ego semua pria begini-begitu. Bahwa sebagai perempuan kita harus memperlakukan semua pria begitu. Tralala, Trilili.
Semua pria? Duh, kalau saya pribadi sih percaya bahwa masing-masing pria itu butuh penanganan yang berbeda. (hehe).
Ampun deh kalau ketemu Mbak yang satu ini. Kadang-kadang saya pengen bilang 'Mbok yo wis tho, Mbak.. lha wong saya aja ndak pernah ngurusin urusan situ, situ ngapain ngurusin kisah kasih sini" *yo olo, kisah kasih.. delapan puluhan banget*
Memang nggak semua perempuan menikah begitu. Tapi ada lho, yang seperti itu; SELALU menempatkan dirinya sebagai pakar atau konsultan relationship dan pria --- sekaligus menganggap para lajang ini --- karena belum berhasil menaklukkan pria manapun menjadi suami, ya nggak tau apa-apa soal relationship dan pria. *ehm, ini saya tangkap secara tersirat lho, dari sekian banyak kalimatnya.
Ampyun. Padahal kan, kalau dipikir-pikir lagi, selama dia menikah entahlah berapa tahun itu, saya sudah pacaran dengan berapa banyak pria coba? Sementara dia -- katanya sih, dia pacaran lama banged dengan suaminya --- nah kan? Selama periode waktu yang lamanya itu, dia hanya bersama satu pria sahaja (kalau bener sih, hehe)
Siapa yang lebih pengalaman coba, kalau gitu?
Ya jelas saya, lah!
Hehehehe.. yuk ah mari..
*kabur sebelum dirajam batu.
6 komentar:
mbok ya'o si mbak sepupu suruh bikin klinik konsultasi buat para lajang :-P
mbok ya si sepupu diplaster aja mulutnya, ato suru buka REG SPASI untuk konsultasi :D
"sepupu" model gini yang bikin gw malas datang di acara keluarga..sok tahu...
hihihi kalo diriku biasanya dapet 'wejangan' model gitu dari teman nyokap, tante, atau bude...biasanya gue iya'in aja, sambil mbatin "halah, situ nyuruh semua lajang kawin biar gak ada saingan kan" :P
hihihi itu sebabnya saya males ikutan acara keluarga, banyak yang sok tau! :D
ade & hendra:
ntar gw saranin gitu deh, biar segala advisnya ga keluar cuma-cuma :))
desty & Enno:
hahahah :D selalu ada yang begitu dalam setiap keluarga.
lil lia:
ghyahaha... iya kali ya biar ga ada saingan.
Posting Komentar