Rabu, Juni 03, 2009

Simply Adorable and Irresistable.

Jadi begindang, begitu tahu bahwa saya (kebetulan sedang) berdomisili di tempat liburan sejuta umat ini, mendadak banyak orang menghubungi saya untuk menjadi semacam tour guide gratisan kalau kebetulan mereka berlibur di Bali. Kadang-kadang, malah menumpang di hotel prodeo saya, alias nebeng nginep gratisan --- dibayar dengan traktiran sih ---- di kamar kost saya. Yeuk mari. Mari Yeuk.

Kemarin Adisti. Rencananya Kiara bulan depan. Terus, kemarin tiba-tiba Fe, teman seangkatan saya meninggalkan offline message di YM.

Eh, denger2, lo domisili di Bali ya? Gue mo liburan ke Bali nih. Ketemuan yuuuk. No hape lo berapa? Nomer gue 0812346789.


Sebenarnya saya nggak akrab-akrab amat dengan Fe. Dan jujur, saya selalu jengah berdekatan dengannya. Kenapa? Soalnya, she hated men. Inget banget deh, semasa kuliah saya sampai tershocked- shocked mendengar segala amarahnya soal cowok. Ngeri juga ngebaca segala opininya tentang cowok di blognya (ngeri tapi teteub baca. hehehe). Dia tampak ingin memusnahkan spesies pria dari muka bumi ini; supaya kehidupan para perempuan menjadi aman tenteram dan damai.

We have to vanish all selfish bastards named men from this supposed-to-be-lovely planet earth to live better life.


Itu tulisnya satu saat, yang tentunya, mengundang banyak reaksi dari para komentator blognya. Dia termasuk celeblog juga, hitnya nggak pernah kurang dari angka 'ratus' per hari. Plus, komentar di entrinya, pasti melewati angka 50.

Ya oloh! Saya nggak setuju soal pemusnahan pria. Kering kerontang bisa-bisa kehidupan ini tanpa mereka. ;-) Dan soal ketidakadilan-ketidakadilan yang diterima oleh perempuan --- untuk beberapa poin saya setuju --- tapi saya nggak sepenuhnya setuju kalau dikatakan bahwa penyebab dari kesusahan perempuan adalah pria. Bukan! Sistem sosial yang bernama patriarki,bok! Pria-pria mah, sama seperti pere, korban yang terjebak sistem juga. Tapi ya sudahlah, emang sudah begitu, kalau belum ganggu-ganggu amat, nggak usah bereaksi segitunya, deh.

Beberapa teman menggosipkan bahwa dia benci cowok dan lesbian.

Yang mana, saya nggak setuju. Saya ngerasa, she also hated women. Dia mencela semua perempuan, yang menyek-menyek dan gemulai. Yang senang dandan. Yang memilih untuk menjadi domestic goddess alias ibu rumah tangga saja. Yang berpakaian minim. Berapa kali saya (dan teman-teman) kena cela gara-gara kami membahas soal sepatu keren. soal dandanan.dan semua yang berbau-bau soal fashion. Dan dia sedikit pseudo intellectual juga, jadi sambil mencela, dia senang mengutip sana-sini pernyataan Betty Friedan, dan siapa-lah lagi saya lupa, yang menurut saya, pengutipannya sepotong-sepotong, demi mendukung opininya.

Bok, berat amat. Padahal kami kan cuma membahas soal fashion, yang ada, saya dan teman-teman pandang-pandangan dan bubar. Ada yang pura-pura ke WC, ada yang mendadak dipanggil pulang, ada yang bilang harus ke dokter. Hehehe. Saya dan beberapa teman sempat menganalisa sikapnya. Ada yang berhipotesa bahwa dia patah hati berat, makanya jadi benci cowok. Tapi setelah kami mencoba mengecek analisa kami, akhirnya kami sadar, bahwa kami nggak sekenal itu dengan Fe --- iya, kami nggak pernah tahu Fe secara pribadi, boro-boro hubungan percintaan, rumahnya di mana saja, kami nggak tau!

Dan, Fe ini.... bilang kalau dia mau ketemuan dengan saya di Bali.

Dan... anehnya, saya memberi nomer telepon. Dan seminggu sebelum kedatangannya, ia sempat menelepon saya. Cara ngomongnya masih silet sih, ada dalam kromosomnya kali, tapi saat nelepon, saya merasa bahwa siletnya sudah rada tumpul. Nggak segahar dulu lagi. Sempat saya ketar-ketir, menyangka bahwa ia akan menginap di tempat saya, tapi ternyata... phew, enggak. Dia emang murni cuma pingin ketemuan.

Oke deh.

.....

"Halo, Leeex..." sapa Fe ketika kami bertemu di sebuah kafe,"Gila, masih aja ya lo korban kapitalis..."

Nyeh. Oke, saya tau, saya tau, dia mencela penampilan saya. 'Korban kapitalis' dan 'Merayakan kapitalisme' adalah salah satu dari sejuta celaannya pada cewek-cewek yang ingin putih, yang pengikut trend parah, yang dandan, yang kemakan iklan, de es te. Duuuuh! Kalau dulu, sih emang parah banget lah saya, di jaman kuliah, ikut trend abis. Maklumlah, masih Ababil, alias ABG labil, belum kenal jati diri sendiri. Sekarang kayaknya enggak, I just love to look good. Dan saya suka memakai barang-barang bagus. Salah?


Terima kasih lho atas celaannya, Fe.

I got premonition that this ngopi sore thing bakal menyebabkan saya bete.

"Tapi, dengan ngupi di sini, kita juga korban kapitalis yak? Hahaha..." katanya.
"Iya lah. Dan kayak elu enggak aja, segala barang-barang yang lo konsumsi juga produk kapitalis juga."
"Mber. Hidup kapitalis." ia tersenyum.

Baru kali ini saya benar-benar memerhatikannya. Dia jauh lebih feminin sih. Lebih kelihatan cewek, wajahnya pun nggak judes-judes amat.

Saya pun duduk di hadapannya. Saya kira pertemuan ini akan menyebalkan. Tapi ternyata saya salah. Kami mengobrol panjang lebar, tentang banyak hal, dan harus saya akui, dia teman mengobrol yang menyenangkan (ternyata). Mungkin dulu saya sudah anti padanya, sehingga selalu ada penolakan untuk mengenalnya lebih jauh.

---trrrt----trrrt---

Di tengah obrolan, ponselnya berbunyi. Ia mengangkatnya dengan sumringah.

"Yes, Darling?
Oh, aku lagi bareng temen kuliahku.
Kamu udah selesai seminarnya?
Oh lagi tea break ya? Ya udah, deh...
Sampai ketemu pas dinner..."

Dan ia menyudahi percakapan. Saya melihat sesuatu yang berbeda, she's glowing.

"Apa?"
"Nothing." saya mengangkat bahu.
"Ummm... kalo dari sini mau ke Cafe Wayan, gimana ya?"
"Cafe Wayan, ya.... hmmm..."
"Iya, janjian dinner sama cowok gue ntar malem."

....

Dalam perbincangan kami, sedikit pun kami tidak pernah membicarakan kenapa sikapnya segitunya di masa kuliah. Tapi apa pun alasan kemarahannya dulu, saya merasa, bahwa sistem sosial mungkin saja membuat cowok-cowok itu menjadi bangsat.

Tapi, pada dasarnya cowok itu adorable dan simply irresistable, jadi jangan dibenci, dikasih tau aja. Atau getok kalau sudah keterlaluan.

hihihi....

BTW, jadi inget quotation yang saya taruh di agenda pemenang lomba cipta tagline lajang dan menikah.

Sometimes I find men are as annoying as puppies, fortunately, I can handle dogs.


Foto puppy di atas diambil dari sxc.hu, sedangkan foto agenda, diambil dari blognya Tari.

5 komentar:

Ade mengatakan...

Hmmm katanya batas benci dan cinta cuman selebar benang tipis.. jadi jangan terlalu bencii kli jadinya malah cinta..
*eh, nyambung ga nih komen :-P*

Enno mengatakan...

hihihi

pernah punya temen yg kayak gini... dan ternyata dia korban patah hati berat.

:-P

Indri mengatakan...

quotation nya boleh dikutip ga?

ViE mengatakan...

bener bgt... qta cwe2 klo lg patah hati, kecewain, diboongin, pasti lari2nya penuh memaki ke cwo2... tp giliran udah dpt, manisssss mulu... jd, sbnrnya yg aneh jg bkn selalu cwo kan? hahaha...

niczide mengatakan...

duh, jangan dong.. jangan ditiadakan makhluk jenis laki-laki itu. biarkan mereka simplify the world dengan ke-sembarangan-nya itu. :D lagian bener juga, kalo ada cewq benci cowq, itu bukan karna 'cowq'nya, tp emang aja dia ga bisa dealing dengan sesama 'orang'/even her own self.. hee

Blog Widget by LinkWithin