
Siapa bilang punya anak itu perkara gampang, sini ta' kemplang. Eh apa sih baru mulai posting udah ngomel :). Jadi ceritanya saya ini ingin mencoba menjadi seorang ibu modern. Yang nggak nakut-nakutin anaknya, yang nggacerita-ceerita bohong sama anaknya, dan beberapa hal lain yang saya pandang kuno, tapi cukup mendarah daging di masyarakat kita.
Salah satunya adalah kebiasaan orang tua yang suka nyalahin orang lain atau bahkan barang ketika anaknya kejeduk. Misalnya kejeduk pintu, ketika anak nangis, serta-merta untuk meredakan, si ibu menyalahkan pintu, "dasar pintu nakal". Biasanya kata-kata ini disertai dengan gerakan memukul pintu. Oh.
Buat saya, membiasakan diri membuat bahwa selalu ada kambing hitam dalam setiap hal jelek yang menimpa dia tentu bakal terbawa sampai besar. Kelak ada hal jelek yang beneran terjadi, dia akan selalu dengan mudah mencari kambing hitam. Kenapa sih ga bilang aja, supaya ngga kejeduk ya harus hati-hati. Jadi anak juga dibiasakan berpikir untuk hati-hati supaya ngga ada hal buruk menimpanya.
Contoh lain ketika anak susah makan. Kata-kata yang mudah keluar adalah, "ayo cepet makan kalo engga nanti ibu guru marah". Ehm. Emang apa urusannya anak ngga mau makan sama ibu guru marah sih? Perkataan seperti ini menurut saya malah bisa membuat sosok guru sebagai sosok yang menyeramkan di mata anak2. Nanti anaknya males sekolah, ibunya juga lho yang pusing.
Satu kali saya makan di food court, seorang ibu nampak kesulitan menyuapi anaknya. "ayo cepet makan", katanya. "Nanti mangkoknya mau diambil yang jualan", lanjutnya. Hihihi, menurut saya kali ibu ini keseringan jajan baso yang lewat depan rumah.
Dan yang menyebalkan adalah ternyata suami saya suka begitu juga. Oke, pernah, bukan suka. Satu kali kami pergi ke kantor pake taxi karena mobil lagi di bengkel. Freiya, tumben-tumbennya kepengen ikut, bahkan sampe nangis segala. Saya sih anteng aja, tetep bilang bahwa kita mau kerja, dan ngga bisa ikut dong Freiya nya. Tangisan semakin menjadi sampai akhirnya suami saya bilang, "jangan ikut Freiya, nggak boleh sama Bapak Supir Taxi".
Doenngggggg ......
Saya spontan marah. Lah, apa urusannya Bapak Supir Taxi melarang anak ikut bersama kita kan ? nanti si anak pikir hajat kita ditentukan sama Bapak Supir Taxi kan repot.
Saya mendebat suami saya dan mungkin karena lumayan masuk akal, dia pun mengalah.
Kita sebagai orang tua seringkali nggak menyadari bahwa anak-anak itu dilahirkan pintar. Apalagi anak jaman sekarang yang gizi nya jelas. Kata siapa anak nggak bisa ngerti apa yang kita sampaikan ? Udah nggak jamannya lagi anak-anak dibohong-bohongin. Atau malah jangan-jangan kebanyakan dibohong-bohongin, anaknya malah kurang pinter beneran. Saya inget dulu mama saya melarang saya berdiri di samping kuda dengan alasan nanti kudanya nendang. Di umur saya yang dua puluhan kemudian saya baru tau bahwa kuda itu nggak bisa nendang ke samping, sodara-sodara. Yah semacam itulah, kebohongan yang disampaikan semasa kecil bisa menerap dan kita pikir betul sampai udah gede.
Saya membiasakan Freiya untuk tahu jelas apa alasan dia nggak boleh ini dan nggak boleh itu. YAng lucu, satu kali lampu di dapur kedip-kedip. Memang sudah harus diganti. Pas dia tanya, "mama itu kenapa?". Saya mengerahkan kemampuan otak saya yang cuma segini-gininya untuk menerangkan, berhubung nggak nemu penjelasan tepat, tanpa sadar saya melantur sana sini, "Jadi Frei, lampu itu kan setiap hari beberapa kali dinyala-matikan, ada kumparan di dalam lampu itu yang.... blablablablabla......" Yeah, i'm lost in while I'm talking. Di luar dugaan, Freiya angguk-angguk, "Ya itu namanya RUSAK, mama".
Tuh kan.
Anak-anak tuh pinter kok, dan biasakan mereka jadi pinter deh :)
Postingan ini nampak ibu-ibu sekali ih, biarin deh.
Gambarnya pinjem dari www.walcoo.net :) Thanks !