Selasa, Juli 20, 2010

Ketika Insomnia




Semasa belum menikah dulu, seperti teman-teman yang lain juga, saya suka mengidap insomnia akut alias ngga bisa tidur. Kadang-kadang melek aja gitu sampe subuh datang dan baru tertidur menjelang pagi, tepat satu-dua jam sebelum harusnya bangun dan ngantor. Di masa-masa nggak bisa tidur itu sumpah nggak enak banget. Kesel karena pengen tidur, trus jadi mikir-mikir segala macem yang nggak penting, dan besok paginya super ngantuk dan males ngapa-ngapain. Apalagi di masa setelah makan siang. Tambah ngantuk. Tambah males. Tambah ngga kepengen ngapa-ngapain.

Apa sih yang biasanya dipikirin sampe ngga bisa tidur? Biasanya yang paling sering sih masalah cinta-cintaan-lah. Apalagi pas berantem sama si pacar, dan malam itu, tiba-tiba handphone si pacar nnggak bisa dihubungi, atau ditelepon nggak diangkat-angkat. Semakin menambah kesewenan dan semakin bikin nggak bisa tidur. Kali lain nggak bisa tidur karena mikir lebih serius, misalnya kenapa hidup kita berasa ga maju-maju (ini dugaan teman saya si PetitePoppies). Temen saya yang lain ngakunya mikir gimana caranya bisa tidur saat nggak bisa tidur (yaiyalah dong ya). Jawaban lain bervariasi antara mikirin gawean, mikirin prospek-an, mikirin makanan, dan lain-lain.

Setelah menikah, tanpa sadar saya kok nggak pernah mengalami lagi yang namanya susah tidur. Menginjak umur pernikahan yang 4 tahun ini, belum pernah semalam pun saya lewati tanpa nggak bisa tidur.

Kenapa begitu? apa selama belum menikah dulu saya begitu cemas dan khawatir mengenai kenapa belum kawin-kawin? Ah rasanya sih engga *denial*. Terus kenapa dong begitu menikah, eh penyakit insomnia nya ilang.

Kalo dipikir-pikir lagi, dulu waktu belum menikah itu apa sih yang dipikirin? Palingan cuma urusan baju itu sepatu ini, kalung itu anting ini kan ya. kalau saya memang dari dulu anti bawa kerjaan ke ranjang. Dengan kata lain, kerja di ranjang atau sampe nggak bisa tidur karena kerjaan.

Padahal dengan menikah, persoalan tidak berkurang tapi justru bertambah. Waktu single sih saya nggak pernah mikirin harus bayar tagihan listrik, bayar tagihan telepon, mikir beli susu, mikir imunisasi dan mikir-mikir segala rupa lainnya. Dan ketika single, yang kita pikirin itu kan kita sendiri. Sakit ya penyakit sendiri yang dipikirin, ke dokter pergi sendiri, minum obat sendiri dan sembuh sendiri. Setelah menikah, nggak cuma mikirin badan sendiri aja. Suami sakit ikut repot siapin obat dll, apalagi anak sakit, wah lebih repot lagi.
Menurut pengalaman pribadi sih, meskipun persoalan bertambah banyak, tapi menikah itu beraarti mempunya partner yang (harusnya ) sedia setiap saat. Ada seseorang lain yang bisa diajak berbagi mengenai semua persoalan yang ada di depan mata. Kalau si PetitePoppies bilang, kita udah tau harus pulang kemana :)

Jadi ya, sebetulnya bukan besarnya persoalan yang menjadi soal. Tapi ada tidaknya partner kita berbagi. Menikah itu memang menambah masalah sih. Kita yang tadinya cuma mikir diri sendiri, sekarang jadi harus mikirin pasangan, anak-anak, juga mikirin mertua. Bertambahnya anggota keluarga kan berarti bertambah pula beban pikiran yang harus kita terima.

Jadi kata siapa menikah itu cuma perihal seneng-seneng? ngga senengnya juga banyak ciiinn.... Tapi ya seperti pilihan hidup yang lain, semua ada plus minusnya :)

Balik lagi ke soal nggak bisa tidur itu tadi. Bagaimana kalau ternyata selama belum menikah itu kita sering nggak bisa tidur karena emang keasyikan marathon DVD kali? atau keasyikan baca buku kali? hehehe.....

Kalo saya sih ya, selain secara psikologis merasa lebih tenang karena punya partner sharing dalam banyak hal, tapi secara fisik justru merasakan bahwa menikah itu memang melelahkan. Apalagi kebetulan setelah menikah rumah malah jadi lebih jauh dari kantor. Trus kalo dulu kan pulang kerja, gaul bentar, trus tiduran deh, atau nonton sampe bego. Kalo sekarang, pulang kerja lebih malem (karena rumahnya jauh), sampe rumah main-main dulu sama Freiya (yang kebetulan batere nya full charged terus, sampe jam 11 malem aja masih jumpalitan). Udah gitu, bangunnya lebih pagi pula, karena meskipun bukan tipe istri rajin yang selalu menyiapkan baju kerja dan sarapan buat suaminya, sekarang kan kamar mandi bukan milik pribadi lagi, harus dibagi penggunaannya dengan si suami yang nanti berangkat kerja bersama. Tuh kan cape. dan ketika hari minggu atau hari libur datang, kalau sebelumnya bisa tidur-tiduran terus menimbun kemalasan, sekarang sibuk mikir mau bawa Freiya main kemana. Dan ketika pilihan mainnya ke playground tempat mandi bola, ya kita ikutan keringetan juga walaupun cuma ngejagain.

note : gambarnya pinjem dari www.icant-sleep.com :)
Blog Widget by LinkWithin