Rabu, Maret 24, 2010

Nasib Si Menikah





“Susah memang kalau sudah tidak single lagi”. Begitu keluh seorang teman yang merasa kakinya tidak lagi bisa melangkah dengan bebas seperti waktu belum menikah dulu. Mau janjian ketemu teman lelaki aja parno. Pilih tempat yang kurang peminat supaya ketemu dengan keluarga kemungkinannya kecil. “Soalnya ipar-ipar gua orang pada bergaul semua. Nongkrong di PVJ sama teman sih alamat diomongin sampe dower di rumah mertua nanti”, katanya lagi. “padahal gua kan belom punya anak ya, jadi harusnya lebih longgar juga dong. Masa iya kesana kemari kudu sama suami. Mending kalo dia punya waktu buat nganter gue kemana-mana”

Demikian sore itu teman saya mengomel dari ujung ke ujung soal bagaimana being married kemudian membatasi langkahnya dalam bergaul. memang sih suaminya bukan tipe pencemburu dan bukan pula tipe yang harus kesana kemari bareng-bareng. Tapi beban terberat adalah memang ada beberapa orang yang mulutnya kali ada tiga. Melihat kenalan makan siang dengan seorang pria, langsung jadi gosip. Melihat istri teman ngopi-ngopi sore dengan seorang lelaki, langsung aja jadi rame.

Padahal kami-kami yang menikah ini kan juga perlu bergaul. Dan yang namanya bergaul itu nggak bisa dibatasi hanya untuk ngumpul sesama ibu-ibu aja, atau kumpul sama temen-temen perempuan melulu. Kadang juga perlu untuk tetap bergaul dengan teman-teman gila masa SMA yang notabene banyaknya lelaki. Di lain hal, kadang kita terkadang punya urusan bisnis atau pun cuma pengen sekedar ngobrol dengan teman laki-laki kan.

Si teman saya yang barusan itu sebetulnya nggak terlalu ambil pusing sama gosip ini itu, tapi dia sedikit merasa khawatir akan cara pandang orang terhadap suaminya. “kasihan suami gua kalo orang bilang istrinya tukang nongkrong sama orang lain”, katanya. “Gua sih sebodo amat, tapi laki gua kan yang orangnya tertib dan lurus banget gitu ya, kesian juga kalo orang berpandangan begitu. Sementara laki gua kan bukan selebritis yang bisa bikin konferensi pers soal saya-tidak-keberatan-kalo-istri-saya-sekali-kali-pergi-makan-dengan-teman-lelakinya.

Saya juga termasuk perempuan menikah yang masih suka nongkrong sana nongkrong sini cekakak sana cekikik sini. Ya di dalam kesibukan yang segunung, bisa juga cuma chatting sana chatting sini :) Sebenernya beban saya sedikit lebih berat, kan udah punya anak. Se-hobby-hobbynya bergaul, di saat punya waktu kosong tak bekerja, ya juga pengen pergi atau pokoknya quality time sama anak semata wayang.


Beberapa kali saat jalan sama temen (lelaki), eh ketemu juga dengan temen yang juga temen suami, atau bahkan dengan sanak saudara sekalian. Saya sih suka santai aja, “hai”. perihal udahnya mereka mau ngomongin di belakang ya terserah-terserah aja. Tapi udahnya saya suka buru-buru bilang ke suami duluan. Soalnya cerita yang nyampe pertama kan biasanya cerita yang masuk ke hati :). Dan memang ngga bisa juga mengelak kan kalo pas ketemu orang, eh kita nya lagi cium-cium, hehe. Masa iya mau lapor sama suami, “iya, jadi tadi pas aku cium-cium sama si Reno, eh Tante Ida nongol”. Bwahaha, menghayal.

note : gambarnya 'pinjem' dari www.datingche.blogsome.com
Blog Widget by LinkWithin